>
Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > .
Bangjo.co.id – Adanya gangguan atau kelainan pada organ otak menimbulkan pelbagai dilema kesehatan badan, utamanya berkaitan dengan kemampuan motorik dan verbal. Hal ini tentu saja akan menghalangi acara seseorang, bahkan tak jarang berujung pada kelumpuhan. Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh terganggunya fungsi otak adalah afasia. Apa itu afasia? Apa penyebab afasia? Bagaimana mengobati afasia?
Afasia yaitu penyakit kelainan otak yang menimbulkan penderitanya mengalami kesusahan dalam mengatakan. Tak cuma itu, penderita aphasia kerap kali merasa sulit untuk memilih, merangkai, dan menangkap makna dari sebuah kata. Menulis juga menjadi kesusahan yang lain yang dialami oleh para penderita afasia.
Penyakit afasia tersebut lantaran potongan otak yang bertugas untuk memproses bahasa dan kata-kata mengalami kerusakan. Afasia berkaitan dengan penyakit otak lainnya, seperti stroke, kanker otak, atau cedera otak traumatik. Sementara itu, afasia akan meningkat secara sedikit demi sedikit pada mereka yang menderita gangguan saraf progresif.
Cedera yang menimbulkan kerusakan pada otak, dalam hal ini penggalan otak kawasan pemrosesan bahasa dan kata-kata, menjadi penyebab penyakit afasia. Terjadinya cedera ini sendiri tak lepas dari adanya penyakit otak yang sudah lebih dahulu diderita oleh pasien.
Stroke ialah penyakit otak yang kerap dikaitkan dengan afasia. Dilaporkan sekitar 25 – 40 persen penderita stroke yang berhasil sembuh akan berlanjut pada keadaan aphasia ini. Selain itu, penyakit mirip epilepsy juga ditengarai menjadi penyebab afasia.
Afasia juga dipicu oleh sejumlah faktor, yaitu:
Dilihat dari penyebab dan gejala yang menyertai, afasia terbagi menjadi berbagai macam. Berikut ini ialah jenis-jenis penyakit afasia yang perlu Anda pahami dan waspadai.
Afasia Wernicke ialah jenis afasia yang diakibatkan oleh kerusakan potongan otak yang berhubungan dengan komprehensi bahasa. Mereka yang mengalami afasia Wernicke biasanya tidak mampu mengerti ucapan yang orang lain atau bahkan mereka sendiri katakan.
Hal ini karena pada ketika berbicara, susunan kalimat menjadi sangat acak. Sebagai acuan “lewat duduk bapak depan yang saya sedang”. Kekeliruan berbicara ini lantas dikenal selaku logorrhea dan menjadi ciri atau gejala afasia Wernicke yang paling mudah dimengerti.
Akan tetapi, penderita aphasia ini merasa jika apa yang dia ucapkan sudah benar adanya. Menurunnya kesanggupan untuk mengidentifikasi kesalahan dalam berujar (anosagnosia) menjadi alasan hal tersebut bisa terjadi. Pada akibatnya, penderita afasia Wernicke menyadari bahwa ucapan mereka sama sekali tidak benar. Pada keadaan tersebut, penderita akan menjadi emosional dan merasa tertekan.
Afasia motorik disebut juga sebagai afasia Broca. Afasia jenis ini menyerang kepingan otak yang berfungsi untuk memproses ujaran. Penderita afasia motorik merasa kesulitan dalam berujar, akan tetapi masih mengerti apa yang orang lain ucapkan. Dengan kata lain, mereka tidak dapat memanifestasikan apa yang ada di pikirannya ke dalam suatu ujaran.
Afasia motorik kerap diiringi oleh sejumlah keadaan yang lain, mirip hemiplegia, hemiparesis, agraphia, dan alexia. Hal ini terjadi karena adanya pembuluh darah ajaib yang memengaruhi pergerakan salah satu segi tubuh (biasanya badan sebelah kanan).
Jenis afasia yang satu ini mempunyai ciri atau tanda-tanda yang hampir mirip dengan afasia motorik (afasia broca), yakni si penderita tidak bisa menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya ke dalam sebuah ujaran.
Akan tetapi, penderita afasia transkortikal motorik mampu dengan gampang mengulangi kata atau kalimat yang diucapkan oleh lawan bicaranya. Sebagai pola, penderita hendak berkata “saya ingin duduk” tetapi tidak bisa. Namun, apabila lawan bicaranya mengucapkan kata tersebut, maka penderita afasia transkortikal motorik dapat mengulangi perkataan tersebut tanpa hambatan bermakna.
Penderita afasia transkortikal adonan mengalami gangguan di sekitar bagian otak yang memproses ujaran (Broca) dan kepingan otak yang memproses bahasa (Wernicke). Akibatnya, penderita jenis afasia ini tak mampu memahami perkataannya sendiri maupun lawan bicara.
Menariknya, penderita afasia transkortikal adonan ini bisa mengetahui dan mengulangi setiap kata atau kalimat dari tulisan maupun lirik lagu yang sudah sering mereka lihat dan dengar. Hal ini bisa terjadi karena baik Broca maupun Wernicke sebetulnya tidak mengalami kerusakan, melainkan bagian-bagian yang ada di sekitarnya. Akibatnya, Broca dan Wernicke tidak bisa mengetahui ujaran maupun bahasa secara impulsif.
Stroke jenis DAS diklaim menjadi penyebab mengapa seseorang mengalami afasia transkortikal gabungan ini.
Afasia trasnkortikal sensorik termasuk sebagai jenis afasia yang kasusnya jarang terjadi. Afasia transkortikal sensorik ditandai dengan ketidakmampuan penderitanya untuk mampu mengetahui perkataan musuh bicaranya, sementara ia bantu-membantu mampu berbicara dengan lancar sebagaimana mestinya.
Sebagai teladan, Anda mengatakan “bagaimana kabarmu?”, maka penderita malah balik mengajukan pertanyaan dengan pertanyaan yang serupa. Adanya kerusakan pada penggalan otak yang memproses bahasa menjadi penyebab afasia transkortikal sensorik ini.
Kerusakan pada otak belahan Broca dan Wernicke yang sudah berlangung lama menjinjing penderitanya pada keadaan afasia global. Afasia jenis ini ditandai oleh ketidakmampuan seseorang dalam memahami perkataan—baik dirinya sendiri maupun orang lain—serta tidak juga bisa untuk berbicara.
Pada sejumlah perkara, penderita afasia global masih mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan memanfaatkan bahasa non-mulut.
Guna mendiagnosis penyakit afasia, serta mengukur tingkat keparahan yang dialami oleh penderita, dokter akan melakukan mekanisme investigasi. Pemeriksaan ini nantinya dapat mengidentifikasi sejauh mana penderita dapat membaca, menulis, dan mengatakan.
Ada 2 (dua) rangkaian pemeriksaan yang umum dijalankan, yakni:
Berbicara mengenai pengobatan afasia, maka hal ini mesti disesuaikan dengan sejumlah aspek, seperti jenis afasia, penyebab afasia, usia penderita, dan faktor-aspek lainnya. Pasalnya, setiap jenis afasia memiliki metode pengobatan yang berlainan pula.
Pada perkara di mana aphasia disebabkan oleh stroke, misalnya. Penderita akan melakukan terapi wicara dengan dokter yang khusus menangani hal ini. Dokter juga lazimnya akan menawarkan obat-obatan guna menunjang terapi, mirip piribedil, idebenone, bromocriptine, dan bifemelane.
Selain itu, perlu gaya berkomunikasi khusus manakala Anda sedang berbicara dengan penderita afasia semoga pembicaraan berlangsung tanpa kendala, yakni:
Oleh karena afasia biasanya disebabkan oleh penyakit mirip stroke dan nanah basil, maka cara mencegah penyakit ini yaitu dengan menangkal diri Anda terseran penyakit-penyakit tersebut, baik itu dengan mengonsumsi masakan bergizi, maupun menerapkan pola hidup sehat.
Sementara itu, untuk penyebab afasia berupa cedera yang diakibatkan oleh kecelakaan, langkah pencegahan dapat dikerjakan dengan selalu waspada dalam beraktivitas, terlebih bila Anda memiliki acara yang berisiko kepada kecelakaan.
Selain selaku media isu kesehatan, kami juga menyebarkan postingan terkait bisnis.
Artikel bisnis dan investasi
No Comments