>
Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > .
Bangjo.co.id– Kabar mengagetkan datang dari sampaumur berusia 14 tahun yang berasal dari Provinsi Zhejiang, Tiongkok. Gara-gara terlalu sering minum bubble tea, ia mengalami konstipasi parah selama lima hari. Ia pun harus dilarikan ke UGD rumah sakit balasan hal ini. Bagaimana bisa bubble tea mampu menjadikan efek separah ini? Apa kandungan di dalamnya?
Sang cukup umur dilarikan ke tempat tinggal sakit pada Sabtu, 8 Juni 2019 kemudian. Sembelit parah yang dialaminya menjadikannya tak lagi mampu makan atau menggerakkan tubuhnya dengan tenteram. Sesampainya di rumah sakit, dr. Zhang Louzhen yang memeriksanya sempat kesulitan mendapatkan pemicu problem konstipasi ini sehingga memilih untuk melaksanakan CT Scan untuk mengetahuinya.
Dokter terkejut ketika memperoleh gumpalan pekat di dalam perut sang sampaumur. Setelah dicek, ternyata gumpalan ini yaitu tepung tapioka, materi dasar dari bola-bola bubble tea. Sang dokter pun kemudian mengajukan pertanyaan wacana kebiasaan makan atau minum sang dewasa. Akhirnya, barulah diketahui bahwa sang gadis kebanyakan mengonsumsi bubble tea.
Selain kandungan tepung tapioka, bubble tea juga menerima aksesori mirip zat pengental atau zat pengawet yang ternyata cukup sulit dicerna oleh tubuh. Jika dimakan terlampau banyak atau terlalu sering, maka kandungan ini akan kian menumpuk di dalam perut dan menjadikan gangguan pencernaan.
Meski rasanya yummy dan menyegarkan sehingga disukai oleh siapa pun, pakar kesehatan menyebut bubble tea tidak baik untuk dikonsumsi terlalu sering, apalagi saban hari.
Berikut ialah beberapa masalah kesehatan yang mampu muncul akhir kebiasaan mengonsumsi bubble tea.
Sebagaimana Thai tea, Taiwanese Tea, dan minuman-minuman populer sejenis, bubble tea tergolong dalam minuman dengan kandungan gula yang sungguh tinggi. Karena alasan inilah kita mampu mencicipi sensasi cantik menyegarkan dikala mengonsumsinya.
Karen Wright yang berasal dari The Food Clinic menyebut di dalam satu cangkir bubble tea terdapat sekitar 34 gram atau sekitar enam sendok teh gula. Padahal, pakar kesehatan menyebut konsumsi gula harian haris dibatasi sekitar 50 gram atau sekitar 8-11 sendok teh gula.
Hal ini memiliki arti, kalau mengonsumsi bubble tea saban hari, besar kemungkinan kita akan mengonsumsi gula dengan jumlah yang melebihi batas kondusif. Kondisi ini tentu mampu mengakibatkan kenaikan berat tubuh atau diabetes.
Bubble tea memililki bola-bola dengan tekstur kenyal yang terbuat dari tepung tapioka serta gula merah. Di setiap porsi minuman ini, kita mampu mendapatkan 60 gram bola-bola kenyal ini dengan kandungan 160 kalori. Ditambah dengan kandungan lain mirip gula, maka kadar kalori satu porsi minuman ini bisa mencapai 300-400 kalori. Mengonsumsinya pasti akan menciptakan asupan kalori harian berlebihan dan mampu memicu obesitas.
Lemak trans cukup mudah dijumpai di produk kuliner atau minuman olahan. Sayangnya, bubble tea juga mempunyai kandungan ini dalam jumlah yang cukup tinggi. Jika kita terlalu sering mengonsumsinya, maka risiko terkena kolesterol tinggi, penyakit jantung, stroke, dan gangguan memori akan meningkat.
Sebuah observasi yang dilakukan di Aachen University Hospital, Jerman, pada 2012 kemudian mendapatkan fakta bahwa kandungan bola-bola tapioka di dalam bubble tea memiliki kandungan bifenil poliklorinasi (PCB) yang termasuk dalam senyawa beracun dan bisa memicu kanker pada hewan.
Para peneliti pun menduga jika konsumsi bubble tea dengan berlebihan memiliki peluang menyebabkan beberapa jenis kanker seperti kanker hati atau kanker melanoma.
Melihat fakta ini, semestinya memang kita menghalangi atau bahkan benar-benar berhenti mengonsumsi bubble tea demi mempertahankan kesehatan tubuh.
Selain selaku media keterangan kesehatan, kami juga membuatkan postingan terkait bisnis.
Artikel bisnis dan investasi
No Comments