>

Lewat SAPA Malowopati FM, Kominfo Bojonegoro Dan RSUD Kenalkan Poli Nyeri Dan Paliatif

iwan
13 Jul 2022 18:48
4 minutes reading

Bojonegoro, Bangjo.co.id – Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Bojonegoro bersama RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo melalui SAPA! (SELAMAT PAGI) Malowopati FM edisi Rabu (13/07/2022) melakukan sosialisasi peran Poli Nyeri dan Paliatif dalam melayani warga Bojonegoro. Dipandu penyiar Lia Yunita, siaran ini dapat diikuti secara live YouTube kanal Malowopati Radio dan interaksi langsung melalui nomor WhatsApp 08113322958.

Dr. Puger Kanigoro, Sp.An spesialis Anastesi RSUD Sosodoro menjelaskan bahwa RSUD Sosodoro memiliki Poli Nyeri dan Paliatif yang bidangnya melayani pasien nyeri kronik dan paliatif. Paliatif adalah penyakit nyeri kronis seperti pada penderita kanker dimana mereka tergantung dengan obat-obatan. Tetapi melalui tindakan dari poli ini dapat mengurangi menggunakan obat-obat nyeri yang biasanya memakai obat-obatan golongan narkotika untuk kasus paliatif.

“Poli ini sudah buka mulai bulan April, namun saat ini belum ada kerjasama dengan BPJS karena baru. Tempat prakteknya di lantai 1. Sementara bergabung dengan Poli Bedah Syaraf yang beroperasi pada hari Selasa dan Kamis. Sedangkan Poli Nyeri dan Paliatif beroperasi hari Senin, Rabu, dan Jum’at. Tindakan untuk satu pasien butuh waktu 30 menit, sehingga pelayanan dibatasi sampai jam 11.00 WIB,” terangnya.

Lebih lanjut dr. Puger menjelaskan poli tersebut lebih spesifik menangani kasus nyeri intervensi (pain intervention). Misalnya menangani pasien-pasien dengan nyeri kronik yang lebih dari 1 bulan menggunakan obat-obatan namun tidak berkurang. Dengan poli nyeri intervensi ini, pihaknya melakukan tindakan pada target sasaran dengan bantuan USG, C Arm Radiologi, melakukan tindakan penyuntikan di target organ penyebab nyeri itu. Dengan tindakan itu nanti penggunaan obat-obatan yang diminum berkurang bahkan bisa sembuh.

Selama ini pihaknya sudah melakukan sosialisasi, mengadakan seminar dengan paramedis, dokter Puskesmas, mensosialisasikan poli baru, namun masih banyak masyarakat belum mengenal poli nyeri. Padahal kasus nyeri ini cukup banyak. Pihaknya juga melakukan tindakan penanganan nyeri kanker. Nyeri hebat yang diterapi dengan obat secara terus-menerus bisa menyebabkan ketergantungan obat. Karena obat untuk kasus paliatif menggunakan jenis narkotika seperti morfin dan oksikodon. Itu jenis obat pereda nyeri paling kuat dan cenderung menyebabkan ketergantungan. “Dengan tindakan kita seperti USG dan C Arm akan mengurangi ketergantungan obat jenis narkotika,” tandasnya.

Selain itu jenis nyeri kronik lain yang ditangani misalnya nyeri lutut. Pasien degeneratif, usia diatas 40 atau 60 tahun yang mengalami osteoarthritis genu (peradangan kronik pada sendi lutut) kadang berobat ke Poli Orthopedi disarankan operasi. Tetapi Poli Nyeri dapat memberikan alternatif lain tanpa operasi. Bisa menjadi alternatif bagi pasien takut operasi, usia tidak memungkinkan, menderita kelainan jantung, atau menderita diabetes tinggi. Contoh lain kasus nyeri lengan atau nyeri tumit tiap bangun tidur, atau low back pain (nyeri punggung bawah) dapat ditangani di poli ini.

“Kita melakukan proliferasi terapi dengan menyuntikkan obat untuk merangsang peremajaan area lutut itu sendiri, karena merupakan penyakit degeneratif. Itu perlu disuntikkan sebanyak 4 kali dengan selang waktu 2 minggu. Dan ini sudah terbukti pasien membaik,” tukasnya.

Sementara itu pada sesi interaktif melalui telepon, Udin dari Kecamatan Bubulan mengutarakan keluhan yang dialaminya selama 3 tahun ini yaitu nyeri di pinggang belakang yang menjalar sampai tulang ekor setiap melalui jalan rusak berlubang. Dan sudah mengkonsumsi obat-obatan namun belum sembuh.

Menanggapi keluhan tersebut, dr. Puger mengatakan penyakit tersebut (low back pain) paling banyak diderita usia lanjut. Banyak yang sampai mengkonsumsi obat-obat tanpa resep dokter seperti ramuan sendiri bertahun-tahun yang mana kemungkinan itu jenis obat non steroid anti inflamation drugs.

Akhirnnya berdampak pada usus atau lambung dan harus masuk ICU atau menjalani operasi, karena sering mengkonsumsi obat keras. Kasus seperti itu banyak sekali ditangani RSUD Sosodoro dengan penderita rata-rata usia lanjut. Penanganan kasus Pak Udin ini harus dilakukan CT Scan atau MRI untuk mengetahui dimana HNP (penjepitan syarafnya). Namun MRI saat ini belum bisa dilakukan di Bojonegoro. Semoga tahun depan RSUD Sosodoro sudah dapat melayani MRI.

“Harapan kami RSUD Sosodoro segera memiliki Poli Nyeri dan Paliatif yang mandiri dengan fasilitas terstandar, sehingga dapat beroperasi setiap hari,” tutupnya.

(Nugroho)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

x
x