Bojonegoro, Bangjo.co.id – Penerapan Kurikulum Merdeka akan segera terrealisasi. Dari 47 guru yang ikut seleksi, sebanyak 38 guru di Kabupaten Bojonegoro dinyatakan lulus sebagai guru pengajar praktik.
Kabid Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, Fathur Rohim menjelaskan, Kurikulum Merdeka merupakan proses percepatan pembelajaran yang sempat hilang karena pandemi. Dari segi isi kurikulum tetap sama, hanya prosesnya berpusat pada siswa.
“Prosesnya sekarang siswa center, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa. Tidak lagi pada guru. Dulu kebanyakan guru menjadi pusat pembelajaran. Seperti guru menerangkan mata pelajaran. Saat ini siswa lebih ke arah pembentukan karakter, keterampilan, dan kognitif. Sehingga lebih banyak ke arah penelitian,” jelasnya Kamis (19/5/2022).
Kabupaten Bojonegoro merupakan angkatan ke-5 secara nasional. Prosesnya dimulai sejak Februari. Sementara Maret dimulai pendaftaran sebagai sekolah penggerak Kurikulum Merdeka.
Berdasarkan SK sekolah pelaksana kurikulum merdeka Nomor 025/H/KR/2022 tentang Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Jalur Mandiri Tahun Ajaran 2022/2023 Tahap 1, dalam implementasinya, ada tiga jenis pelaksanaan kurikulum merdeka. Di antaranya mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri berbagi.
Di Bojonegoro, untuk sekolah penggerak masih dalam tahap seleksi. Setelah implementasi pelaksanaan ditentukan oleh kementerian, bisa dimungkinkan sekolah juga dapat menentukan sendiri. Mekanismenya tetap dilaporkan kepada kementerian.
“Sosialisasi dan imbauan sudah kita sampaikan kepada kepala sekolah sebagai sekolah penggerak. Begitu juga kepada guru. Sebab selain sekolah penggerak ada juga guru penggerak. Guru pengajar praktik saat ini masih tahap diklat. Ini bersifat sukarela namun tetap ada seleksi dari pusat,” jelasnya.
Sementara pendidikan karakter juga menjadi salah satu pendukung selain mengarah pada keterampilan dan kognitif. Nantinya pendidikan karakter mengarah pada profil pelajar Pancasila dengan istilah NKRI GO. Yaitu kepanjangannya dari Nasionalisme, Kemandirian, Religius, Integritas, dan Gotong Royong.
“Pelaksanaan dari pendidikan karakter terintegrasi di masing-masing pembelajarannya dan tetap siswa menjadi pusat pembelajarannya,” imbuhnya.
(Noe)